“
Kamu udah beda! Kamu udah nggak kayak
dulu lagi “ Delia mengamuk di depanku.
Aku hanya terdiam tidak bisa bergerak. Membisu.
“ Aku pikir kamu bakal berubah!!!” kata Delia
dengan suara lemah.
Aku tertunduk bahkan sampai terjatuh merasa
bersalah.
Delia berjalan bolak-balik disepanjang ruangan.
Sesekali dia akan menatapku. Dia terlihat frustasi. Rambutnya yang tadi sudah
tersisir rapi sekarang acak-acakan kembali. Dia hanya memakai T-Shirt dan
celana pendek, namun dia masih tetap manis. Aku mengaguminya.
“ Kupikir…” gumamnya.
Aku menatapnya. Dia terdiam seperti memikirkan
sesuatu.
“ Kupikir kamu nggak bakal berubah. Kamu tahu
aku diet demi kamu? “ lanjutnya sekarang dengan nada agak histeris.
Iya aku tahu pengorbanannya itu. Tapi …
“ Kamu tahu kan aku benci brokoli? Tapi aku
tetep makan itu, aku rela makan itu buat kamu. Aku juga olahraga. Sit-up setiap
hari sampe perutku sakit. Itu semua buat kamu. Buat kamu!!! ” Dia berteriak dan
hampir menangis.
Aku tahu akan kebenciannya pada brokoli. Aku
tahu dia telah berkorban banyak untuku. Dia sudah melakukan segalanya, tapi aku
bahkan tak bisa melakukan apapun untuk merubahnya. Kebersamaan kita selama 2
tahun ini. Ya Tuhan aku merasa bersalah lagi pada Delia. Tapi mau bagaimana
lagi. Waktu terus berputar. Hari terus berganti.
“ ARDELIAAAA!!!! Kamu jadi ikut nggak? Mamah mau
berangkat sekarang” teriak Mamah Delia dari bawah.
Delia memalingkan mukanya ke pintu seraya
berteriak “ Iya Mah. Delia ikut. Sebentar lagi”
“ Cepetan jangan lama-lama. Bude-mu nanti
kasian!” kata Mamah delia agak lirih.
Delia mengambil tasnya lalu mencari sebuah
kardus. Perasaanku sudah tidak enak. Lalu dia mengambilku dan memasukanku
kedalam kardus. Hariku akan gelap sekarang.
“ Lama banget! Itu apa del? “ tanya sang Mamah
penasaran.
“ Baju-baju yang nggak Delia pake lagi mah.
Nanti kita sumbangin sekalian aja“ aku mendengarkan Delia mengucapkan itu.
Dengan
inipun aku resmi dibuang. Tak berguna bagi Delia lagi. Sekarang julukanku berubah
menjadi “Celana Jeans bekas Delia”.