Sabtu, 24 November 2012

PUTRI INDONESIA




Setiap wanita diseluruh penjuru dunia pasti pernah berkeinginan untuk menjadi seorang putri. Entah itu sebagai Putri bangsawan atau putri kecantikan yang mewakili negaranya dalam sebuah ajang . Contohnya sebagai Putri Indonesia.
Putri Indonesia pertama kali diadakan pada tahun 1992 oleh Yayasan Putri Indonesia yang diketuai oleh Mooryati Soediyo dan disponsori oleh perusahaan kosmetik Mustika Ratu. Biasanya ajang Putri Indonesia selalu diadakan di Ibukota DKI Jakarta. Pesertanya terdiri dari 33 provinsi yang terdapat di Indonesia dengan pengecualian DKI Jakarta mempunya wakil lebih dari 1. Persyaratan bagi peserta pemilihan Puteri Indonesia:
§  Warga Negara Indonesia, berusia 18-25 tahun, belum menikah, mahasiswi/karyawati dengan tinggi badan minimum 168 cm.
§  Peserta daerah harus berdomisili atau berasal dari daerah yang diwakilinya.
§  Memiliki pengetahuan umum dan berwawasan luas tentang pariwisata dan kebudayaan Indonesia.
§  Berpenampilan menarik/cantik, cerdas, dan berkepribadian.
§  Mampu berkomunikasi dalam bahasa asing akan memberikan nilai tambah.
§  Diutamakan yang memiliki keahlian khusus/prestasi pada suatu bidang (misalnya: musiktari, tarik suara, kepemimpinan, bahasa, dan lain-lain).
Putri Indonesia merupakan icon representative budaya negeri ini. Dari sekian finalis / kontestan dari seluruh Indonesia. Konsepnya adalh mencari perempuan Indonesia dengan tiga criteria yaitu Brain (kecerdasan/ intelegesia), beauty (penampilan menarik) dan Behavior (berperilaku baik). Hal ini sudah pasti mengisyaratkan bahwa seorang Putri Indonesia tidak hanya harus cantik dan pandai merawat diri saja tapi harus cerdas, mandiri dan memiliki minat belajar yang tinggi. Mereka juga harus selalu berpegang teguh pada Tuhan YME , berkepribadian luhur, dan berperilaku baik terhadap sesama.
Sebelum mengikuti malam grand final, peserta Puteri Indonesia yang telah terpilih mewakili provinsinya masing-masing akan menjalani masa karantina di Jakarta. Kegiatan yang dilakukan selama masa karantina ini antara lain:
§  Panel diskusi/lokakarya.
§  Pelatihan dalam bidang perawatan kesehatan & kecantikantata busana dan pengembangan diri.
§  Pembinaan kepribadian.
§  Pembinaan untuk menjadi public speaker.
§  Apresiasi budaya dan pariwisata.
§  Kunjungan ke perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor.
§  Aksi sosial dan lingkungan.
§  Berbagai aktivitas lainnya yang bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan.
Pemenang Puteri Indonesia akan menerima sejumlah hadiah, di antaranya rumah dinas, mobil dinas, dan sejumlah uang. Selain itu seperti yang kita ketahui Pemenang Puteri Indonesia akan mewakili Indonesia dalam ajang Miss Universe, sementara Puteri Runner-up I (yang juga menyandang gelar Puteri Indonesia Lingkungan) menjadi perwakilan Indonesia dalam ajang Miss International. Puteri Runner-up II (yang juga menyandang gelar Puteri Indonesia Pariwisata) seharusnya dikirim ke ajang Miss Asia Pacific International, tetapi ajang tersebut tidak pernah diselenggarakan selama beberapa tahun terakhir. Puteri Runner-up I juga pernah dikirimkan ke ajang Miss World pada tahun 2005.
Pada pegelaran pertamanya tahun 1992 dengan Indira Paramarini Sudiro yang menyandang mahkota sebagai Putri Indonesia direncanakan akan mengikuti ajang Miss Universe tetapi dibatalkan dikarenakan terdapat sesi swimsuit yang kurang pantas dengan kepribadian bangsa. Hal ini juga terjadi pada saat Alya Rohali terpilih sebagai Putri Indonesia pada tahun 1996. Sehingga mereka hanya hadir sebagai pengamat bukan sebagai peserta saja. Bahkan Alya Rohali mendapat kecaman dari Menteri Urusan Peranan Wanita,Mien Soegandhi bahwa mengikuti ajang seperti ini tidaksesuai dengan kepribadian bangsa hanya karena terdapat sesi swimsuit.
Ketidak ikutsertaan Putri Indonesia berlanjut hingga tahun 2004. Kebetulan saat krisis moneter 1997, ajang ini tidak digelar hingga 1999. Tahun 2000, ajang kembali digelar tanpa keikutsertaan ke Miss Universe. Lagi – lagi dengan alasan “ Tidak sesuai dengan kepribadian Wanita Indonesia “
Secara sempit sebagaian masyarakat dan pemerintah hanya melihat karena adanya Kontes Bikini. Tidak melihat aspek lain yang berguna. Padahal sejak dimulai reformasi hingga sekarang, Indonesia sudah dijejali tontonan – tontonan “kotor” yang sekedar mengexplorasi wanita. Sinetron, film dst.yang bersembunyi dibalik kekuatan Penegakan HAM.
Panitia Miss Universe sebenarnya sudah cukup pengertian dengan peserta dari negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dengan memberikan toleransi one piece bukan bikini. Meski Miss Universe mengedepankan  kecerdasan, visi dan misi serta keahlian si peserta memang tidak munafik kecantikan juga menjadi daya tarik utama.
Keikutsertaan Putri Indonesia lagi pada tahun 2005 dengan Artika Sari Devi sebagai Miss Indonesia. Beliau berhasi menempati posisi 15 besar, sebuah pencapaian tertinggi dari perwakilan Indonesia yang hingga tulisan ini ditulis belum bisa dilampaui.
Sebagai sebuah fenomena social ajang pemilihan ini tentu mendapat sambutan meriah. Namun hal yang berakibat kesuksesan ini berubah menjadi kecaman-kecaman dari berbagai organisasi social dan politik. #bridgingcourse11

Daftar pustaka :
Wikipedia. 2012. Putri Indonesia. Diupdate pada tanggal 26 oktober 2012 pukul 16.44. Diarsipkan di  http://id.wikipedia.org/wiki/Puteri_Indonesia
EnginEar. 2011. Fenomena Putri Indonesia,Sebua Sejarah dan Analisa. Diupdate pada 19 oktober 20011. Diarsipkan di http://engineear.net/2011/10/19/2704/
Ahira ,Anne. Menyimak Pesona Putri Indonesia. Diunduh pada tanggal 24 november 2012 pukul 04.00 am. Diarsipkan di http://www.anneahira.com/putri-indonesia.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment